Mengenang Kubah Lava Gunung Kelud
Pagi yang cerah, Jumat, 22 November 2013, saya dan istri memulai perjalanan berpetualang ke gunung Kelud yang berada di Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Kami berdua berangkat dari Kota Kediri lebih kurang sekitar pukul 08.00 WIB menuju ke gunung yang memiliki ketinggian 1.731 meter di atas permukaan laut itu. Gunung Kelud berjarak kurang lebih 25-27 kilometer dari pusat Kota Kediri. Kami memutuskan berangkat di pagi hari karena ingin menikmati pesona pemandangan indah yang disajikan di sepanjang jalan menuju gunung Kelud.
Start dari Kota Kediri kami melewati Kecamatan Pesantren, tak sampai 30 menit kami telah memasuki Kecamatan Wates yang sudah masuk ke wilayah Kabupaten Kediri. Kami singgah sebentar di salah satu toko untuk membeli minuman dan perbekalan ala kadarnya. Usai belanja perbekalan, kami bergegas melanjutkan perjalanan.
Setengah jam perjalanan dari Kecamatan Wates kami tiba di pintu gerbang masuk area Wisata Gunung Kelud. Kami menuju ke loket untuk membayar tiket masuk. Seingat kami, tarif tiket masuk yang di patok hanya berkisar Rp 5000,- sampai 10.000,- sangat terjangkau dan terbilang relatif murah untuk menikmati obyek wisata alam yang sangat mempesona itu.
Setelah membayar tiket masuk kami, kami segera melanjutkan perjalanan yang masih tersisa beberapa kilometer lagi. Perjalanan kami berikutnya sedikit menantang karena harus menyusuri jalanan yang semakin menanjak dan berkelok - kelok, bahkan ada beberapa tanjakan yang cukup curam serta tikungan tajam dan jalanan yang sempit.
Kendati harus melewati rute yang menantang, namun disepanjang jalan kami disuguhi pemandangan alam pegunungan yang asri dan indah, pepohonan rindang serta kicauan burung bersahutan yang seakan menyapa kehadiran kami.
Di tengah perjalanan kami sempat melewati ruas jalan sepanjang kira-kira 100 meter yang dinamai Mysterius Road, jalan yang nampak menanjak akan tetapi jika kendaraan di hentikan pada posisi netral maka kendaraan ini akan berjalan naik.
Setelah melewati jalanan yang berliku dan menanjak sejauh kurang lebih 8 kilometer, akhirnya tibalah juga kami di lokasi area parkir obyek wisata gunung Kelud. Disekitaran area parkir terdapat banyak kedai atau warung yang menyajikan berbagai makanan dan minuman. Kala itu kami ingat ada beberapa warung yang menjual makanan kuliner khas Kediri seperti nasi pecel tumpang, soto dan sebagainya. Mungkin kami datang agak pagi dan di hari Jumat jadi suasana saat itu tidak begitu ramai, hanya terlihat beberapa orang.
Dari area parkir, kami berdua berjalan kaki menuju ke arah gunung Kelud yang hanya berjarak kurang dari 300 meter itu. Kami harus melewati terowongan yang panjangnya kira-kira 150 meter. Bangunan yang merupakan peninggalan masa kolonial Belanda tersebut dinamai terowongan Ampera. Terowongan tersebut dibangun pada tahun 1919 untuk jalan lava bila gunung Kelud meletus. Sebenarnya di terowongan itu sudah dipasang lampu penerangan agar para wisatawan dapat berjalan dengan leluasa dan nyaman. Akan tetapi entah kenapa saat itu suasana terowongan tetap terlihat gelap, kami terpaksa berjalan perlahan dalam kegelapan dengan dibantu sedikit penerangan yang berasal dari alat komunikasi. Terasa agak menyeramkan berjalan menyusuri terowongan itu, sunyi dan sesekali hanya terdengar suara gemericik air yang merembes dari dinding terowongan. Bersama kami ada beberapa orang wisatawan yang juga menyusuri terowongan itu.
Beberapa menit kemudian kami telah mendekati ujung terowongan dan cahaya dari luar mulai menerangi. Langkah kami percepat karena sudah tak sabar ingin menyaksikan keindahan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia itu.
Sekian langkah setelah keluar dari mulut terowongan, kami langsung dapat melihat kubah lava gunung Kelud, suatu pemandangan alam menakjubkan yang indah dan sangat eksotis. Di hadapan kami berdiri kubah lava menjulang tinggi. Beberapa waktu kami terdiam terperanggah dan mata kami tak berkedip menyaksikan fenomena keajaiban alam di depan kami. Kubah lava tersebut muncul dari dalam danau setelah erupsi tahun 2007 yang kemudian terus membesar dan menutupi hampir sebagian besar danau.
Kami bersyukur dan merasa beruntung sempat menikmati kemegahan kubah lava gunung Kelud yang mempesona dan eksotis dengan mata kepala kami sendiri karena hanya selang 83 hari atau kurang dari 3 bulan setelah kami menyaksikannya, kubah lava itu lenyap bersamaan letusan hebat gunung Kelud pada Kamis malam 13 Februari 2014.
Baca juga: Mengenang 5 Tahun Erupsi Gunung Kelud
Inilah salah satu kisah petualangan kami yang paling berkesan. Kami berencana untuk kembali ke puncak gunung Kelud dalam waktu dekat ini, kami akan menyusuri jalanan yang sama dan mungkin akan melewati terowongan Ampera lagi, namun kami tak akan melihat lagi kubah lava itu.
Kami berdua berangkat dari Kota Kediri lebih kurang sekitar pukul 08.00 WIB menuju ke gunung yang memiliki ketinggian 1.731 meter di atas permukaan laut itu. Gunung Kelud berjarak kurang lebih 25-27 kilometer dari pusat Kota Kediri. Kami memutuskan berangkat di pagi hari karena ingin menikmati pesona pemandangan indah yang disajikan di sepanjang jalan menuju gunung Kelud.
Start dari Kota Kediri kami melewati Kecamatan Pesantren, tak sampai 30 menit kami telah memasuki Kecamatan Wates yang sudah masuk ke wilayah Kabupaten Kediri. Kami singgah sebentar di salah satu toko untuk membeli minuman dan perbekalan ala kadarnya. Usai belanja perbekalan, kami bergegas melanjutkan perjalanan.
Setengah jam perjalanan dari Kecamatan Wates kami tiba di pintu gerbang masuk area Wisata Gunung Kelud. Kami menuju ke loket untuk membayar tiket masuk. Seingat kami, tarif tiket masuk yang di patok hanya berkisar Rp 5000,- sampai 10.000,- sangat terjangkau dan terbilang relatif murah untuk menikmati obyek wisata alam yang sangat mempesona itu.
Setelah membayar tiket masuk kami, kami segera melanjutkan perjalanan yang masih tersisa beberapa kilometer lagi. Perjalanan kami berikutnya sedikit menantang karena harus menyusuri jalanan yang semakin menanjak dan berkelok - kelok, bahkan ada beberapa tanjakan yang cukup curam serta tikungan tajam dan jalanan yang sempit.
Kendati harus melewati rute yang menantang, namun disepanjang jalan kami disuguhi pemandangan alam pegunungan yang asri dan indah, pepohonan rindang serta kicauan burung bersahutan yang seakan menyapa kehadiran kami.
Di tengah perjalanan kami sempat melewati ruas jalan sepanjang kira-kira 100 meter yang dinamai Mysterius Road, jalan yang nampak menanjak akan tetapi jika kendaraan di hentikan pada posisi netral maka kendaraan ini akan berjalan naik.
Setelah melewati jalanan yang berliku dan menanjak sejauh kurang lebih 8 kilometer, akhirnya tibalah juga kami di lokasi area parkir obyek wisata gunung Kelud. Disekitaran area parkir terdapat banyak kedai atau warung yang menyajikan berbagai makanan dan minuman. Kala itu kami ingat ada beberapa warung yang menjual makanan kuliner khas Kediri seperti nasi pecel tumpang, soto dan sebagainya. Mungkin kami datang agak pagi dan di hari Jumat jadi suasana saat itu tidak begitu ramai, hanya terlihat beberapa orang.
Dari area parkir, kami berdua berjalan kaki menuju ke arah gunung Kelud yang hanya berjarak kurang dari 300 meter itu. Kami harus melewati terowongan yang panjangnya kira-kira 150 meter. Bangunan yang merupakan peninggalan masa kolonial Belanda tersebut dinamai terowongan Ampera. Terowongan tersebut dibangun pada tahun 1919 untuk jalan lava bila gunung Kelud meletus. Sebenarnya di terowongan itu sudah dipasang lampu penerangan agar para wisatawan dapat berjalan dengan leluasa dan nyaman. Akan tetapi entah kenapa saat itu suasana terowongan tetap terlihat gelap, kami terpaksa berjalan perlahan dalam kegelapan dengan dibantu sedikit penerangan yang berasal dari alat komunikasi. Terasa agak menyeramkan berjalan menyusuri terowongan itu, sunyi dan sesekali hanya terdengar suara gemericik air yang merembes dari dinding terowongan. Bersama kami ada beberapa orang wisatawan yang juga menyusuri terowongan itu.
Beberapa menit kemudian kami telah mendekati ujung terowongan dan cahaya dari luar mulai menerangi. Langkah kami percepat karena sudah tak sabar ingin menyaksikan keindahan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia itu.
Sekian langkah setelah keluar dari mulut terowongan, kami langsung dapat melihat kubah lava gunung Kelud, suatu pemandangan alam menakjubkan yang indah dan sangat eksotis. Di hadapan kami berdiri kubah lava menjulang tinggi. Beberapa waktu kami terdiam terperanggah dan mata kami tak berkedip menyaksikan fenomena keajaiban alam di depan kami. Kubah lava tersebut muncul dari dalam danau setelah erupsi tahun 2007 yang kemudian terus membesar dan menutupi hampir sebagian besar danau.
Kami bersyukur dan merasa beruntung sempat menikmati kemegahan kubah lava gunung Kelud yang mempesona dan eksotis dengan mata kepala kami sendiri karena hanya selang 83 hari atau kurang dari 3 bulan setelah kami menyaksikannya, kubah lava itu lenyap bersamaan letusan hebat gunung Kelud pada Kamis malam 13 Februari 2014.
Baca juga: Mengenang 5 Tahun Erupsi Gunung Kelud
Inilah salah satu kisah petualangan kami yang paling berkesan. Kami berencana untuk kembali ke puncak gunung Kelud dalam waktu dekat ini, kami akan menyusuri jalanan yang sama dan mungkin akan melewati terowongan Ampera lagi, namun kami tak akan melihat lagi kubah lava itu.