No Let, Peraturan Baru Pada Turnamen Tenis ITF Yunior (Bagian 1)
Terhitung mulai 1 Januari 2018 khusus untuk turnamen tenis yunior oleh ITF diberlakukan aturan baru yaitu No Let. Bagaimana sebenarnya aturan tersebut? apa latar belakang dan tujuan aturan tersebut? Pada artikel ini kami coba kupas tuntas terkait aturan No Let dan beberapa aturan baru ITF lainnya.
Menurut Pandu Patria Utomo, salah satu pengamat tenis nasional yang kami minta pendapatnya tentang aturan baru ITF tersebut, menuliskan bahwa latar belakang
Priska Madelyn Nugroho |
No Let policy secara unofficial muncul sebenarnya
dari semiregulasi yang dikembangkan NCAA jauh sebelum tahun 2012, akan tetapi dikarenakan sering
terjadi dispute atau silang pendapat terkait apakah bola yang di service
menyentuh bibir net atau tidak, masalah ini kerap timbul di katagory D1 boys
atau divisi 1 tournament yang mana pemain putranya memiliki service keras
sehingga (saat itu) kerap disputed antara ACE ataupun Let / net. Saat itu ada
kondisi dimana pertandingan tidak menggunakan wasit dan kondisi pertandingan
dimana wasit tidak bisa mendengar jika bola menyentuh bibir net.
Dan ketika menjadi peraturan baku NCAA terbukti
jumlah dispute berkurang, ITF pun mencoba menarik "kembali" regulasi
ini menjadi ajang adaptasi di ITF junior, kenapa kembali? karena sebenarnya ini bukan peraturan baru
dan dahulu sebenarnya sudah pernah di implementasi secara terbatas di ATP challenger pada tahun 2013.
Di tahun 2018 ini sebenarnya ada 3 regulasi yang berbarengan di godok, yaitu :
1. No Let
2. Short game, game 4 per set jika selisih 2 per
set.
3. No Advantage, 40-40 langsung decision point
dimana penerima services bisa memilih.
Dalam ATP NEXTGEN
2017 semua regulasi tersebut di uji coba, dan muncul 2 opini berseberangan terkait
regulasi ini dimana lebih dititik beratkan di regulasi No Let.
Bagaimana aturan baru ini diterapkan pada turnamen ITF junior? kami akan coba sajikan pada bagian kedua artikel ini.