Latihan Tenis Secara Mandiri atau Bergabung Klub?
Saya sudah inventarisir dan komparasi antara bergabung klub dengan
dibina sendiri. Bergabung klub sering tidak
menjamin progressnya karena di klub pasti ditemui kondisi anak emas, perak dan
perunggu mengingat level of play yang berbeda beda dan kondisi finansial Ortu yang
berbeda pula.
Di klub jarang Pembinanya mau sharing secara terbuka karena
dianggap mengganggu otoritas dan juga anggapan bahwa perbedaan pandangan dalam
dunia tenis antara Pembina Klub dengan Ortu tidak akan bisa diselaraskan
mengingat perbedaan level of thinking ability mereka dan kenyataan bahwa
siapapun yang berkecimpung di ranah tenis selalu berpikir bahwa mereka pintar
dan meremehkan yang lainnya. Dibina
secara mandiri selain dananya besar, yang tersulit adalah memastikan konsep
paling pas untuk pemenuhan kebutuhan petenisnya. Konsep tersebut sulit
diformulasikan mengingat pembuat konsep maupun penerima konsep sangat subyektif
dalam pengertian tenis. Memang ada konsep dasar namun sering tidak membantu
progress petenis karena tingkat kesulitan membina petenis berbeda beda sehingga
butuh konsep yang berbeda pula. Bila dipaksakan dengan konsep dasar maka
kegagalan membina petenis selalu dengan alasan 'petenis tidak bakat'.
Mengingat banyaknya problematik membina petenis prestasi
terutama bila petenis tersebut sudah
pada high level of play nya maka saya mencoba menginventarisir kebutuhan:
1. Hitting partner
2. Game partner
3. Pengelola manajemen finansial dan pertandingan
4. Pendamping dan pengevaluasi saat mengikuti suatu
event.
Dalam klub yang baik maka 4 kebutuhan tersebut masih mungkin
bisa dipenuhi dengan tantangan pemenuhan pula dari sisi dana oleh Ortu. Bila
dibina secara mandiri maka pada level of play yg tinggi akan ditemui sulitnya
pemenuhan ke 4 faktor tersebut.
Sudah dicoba oleh
Ortu salah satu petenis putra Indonesia yang kuat secara ekonomi dengan latihan
di hotel berbintang namun hasilnya juga hanya lumayan saja.
Faktor pemenuhan kebutuhan pemain yang mampu secara
signifikan meningkatkan level of playnya sangat sulit dan rumit.
Saya coba memenuhi 4 faktor tersebut karena untuk menekan
ongkos.
Pagi hitting dengan fast base line groundstroke 1 sd 1,5 jam
... teknik volley, slice, drop, loop, serv, overhead, drive volley, dll 1 jam total pagi 2,5 jam.
Sore dengan konsep yang sama diselingi latihan fisik dan
Gym. Total sehari 4 sd 5 jam.
Tantangan utama
adalah kejenuhan maka Pembina harus punya konsep mengatasinya. Saya mencoba pemenuhan 4 faktor tersebut
kolaborasi dengan Pelatih Nasional yang dekat dengan kota domisili kami, namun
terasa sekali baru faktor 1 dan 2 sudah sangat jauh dari harapan padahal ada 2
asisten dan 1 pembantu karena pada level
of play yang tinggi susah mendapatkan metode/konsep menaikkan progress yg signifikan
dengan prestasi petenis.
Maksud tulisan ini
adalah mencoba sharing bila memiliki ide cemerlang secara detail solusi
INI TULISAN JUJUR ORANG TUA PETENIS INDONESIA